Jumat, 29 Mei 2009





PENDIDIKAN NETWORK


maju tak gentar membela yang benar






Artikel Pendidikan

Artikel:Penulisan Dan Pendiskusian Makalah Sub tema Seks Bebas Oleh Kelas 2 Angk. 2001/2002 SMU 8 Yogyakarta Sebagai Wacana Peningkatan Imtaq Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan.

Nama & E-mail (Penulis): nurdin somantriSaya Guru di smu 8 YogyakartaTanggal: 26 Januari 2003Judul Artikel: Penulisan Dan Pendiskusian Makalah Sub tema Seks Bebas Oleh Kelas 2 Angk. 2001/2002 SMU 8 Yogyakarta Sebagai Wacana Peningkatan ImtaqTopik: Peningkatan Imtaq siswa


Artikel:



Ini naskah lomba Imtaq yang saya ikuti tahun 2002 lalu, meskipun belum menjadi pemenang, tetapi saya melihat urgensi permasalahannya sangat penting diketahui publik. Semoga bermanfaat.



BAB IPENDAHULUAN




1. Latar Belakang Seorang siswa bertanya kepada penulis, "Kagetkah Bapak dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa 97,05% mahasiswi Jogja telah kehilangan keperawanannya sewaktu belajar di Jogja?" Rupanya siswa tersebut mengikuti juga laporan Iip Wijayanto yang dimuat di berbagai media massa tanggal 1 Agustus 2002 lalu. Siswa lain, sebut saja si A yang berlatar belakang pendidikan agama yang kuat dalam keluarganya, kelas 3 SMU berciri khas agama, pernah memohon agar ia diperbolehkan sembunyi beberapa hari di rumah penulis karena pacarnya terlambat menstruasi. Saat masih mahasiswa, penulis tinggal di sebuah kampung di dekat pabrik gula di Yogyakarta bagian selatan. Kampung tersebut termasuk daerah transisi, perbatasan antara kota dan desa. Di situ ada organisasi persatuan remaja Islam. Selama saya di situ ada beberapa kali pernikahan karena 'kecelakaan', tiga kali diantaranya adalah pernikahan antara mantan-mantan ketua dan pengurus organisasi tersebut.
Pengalaman-pengalaman yang penulis dapatkan tersebut di atas, baik sebelum maupun setelah menjadi guru, telah membawa ke suatu keyakinan bahwa seks bebas sangat mungkin terjadi. Penulis tidak merasa kaget. Begitu pula ketika penulis membaca bahwa penderita AIDS usia muda cenderung meningkat (KOMPAS, 2 Agustus 2002) dan Menteri Negara Komunikasi dan Informasi mengatakan bahwa 60% pengguna internet di Indonesia membuka situs porno (dikatakannya ketika meluncurkan situs WWW.Krapyak.org), penulis tidak kaget.



Apa yang ditemukan Magnis-Suseno tentang etika seksual Jawa nampaknya sangat berkorelasi. Dia mengatakan bahwa seorang gadis Jawa takut berhubungan seks dengan seseorang di luar nikah, bukan karena dia sangat teguh memegang aturan moral, melainkan dia takut hamil; atau dia merasa sulit kalau dalam perkawinannya nanti ternyata dia sudah tidak perawan lagi. Seorang pemuda Jawa tidak melakukan zina bukan karena zina itu dalam pandangannya tidak baik tetapi lebih karena ketakutan bahwa ia kepergok orang kampung (dalam bahasa keseharian masyarakat: digrebeg) (Magnis-Suseno, 1984). Dari situ Suseno mengatakan bahwa etika Jawa secara teoritis adalah etika heteronom, etika yang dipengaruhi oleh unsur-unsur di luar diri seseorang yang dominan, bukan etika otonom yang mendasarkan pada kehendak dan pandangan pribadi diri seseorang terhadap sesuatu (Magnis-Suseno, 1989:44-46).



Beberapa tahun lalu penulis mengikuti penataran IMTAQ bagi guru selama 4 hari. Salah seorang instruktur mengatakan bahwa salah satu ciri keberhasilan imtaq di sekolah adalah jika kehamilan di luar nikah pada siswa tidak terjadi atau berkurang, pergaulan bebas antar siswa lain jenis tidak terjadi. Pada akhir penataran semua peserta menandatangani surat perjanjian untuk mengamalkan hasil-hasil penataran imtaq tersebut di sekolah masing-masing.
Proses pembelajaran Bahasa Inggris di SMU berdasarkan kurikulum tahun 1994, suplemen tahun 1999, bertujuan untuk menghubungkan siswa dengan kehidupan nyata dengan melalui proses pengembangan 4 keahlian yakni kemampuan berbicara, membaca, menulis dan mendengar, melalui tema yang dipilih berdasarkan minat, penguasaan kosa kata dan tata bahasa. Keempat keahlian itu diintegrasikan dalam setiap tatap muka dengan membahas tema-tema tertentu (Depdikbud, 1995:3)



Banyak sekali tema yang membahas kehidupan sosial manusia diantaranya tentang pendidikan, ekonomi, politik dan budaya. Setiap jenjang bervariasi. Kurikulum memberikan acuan (guideline) yang hendaknya diaplikasikan oleh guru di kelas, tetapi tidak mengikat harus sama persis seperti tertulis di kurikulum. Guru memiliki peluang untuk berkreasi sepanjang masih dalam koridor tema yang dibawakan dan mengembangkan keempat kemampuan tadi secara integral (Ibid., 5).



Kebetulan sekali tahun lalu penulis mengampu mata pelajaran bahasa Inggris kelas dua di SMUN 8 Yogyakarta bersama seorang teman secara per tema. Salah satu tema yang penulis bawakan adalah Culture and Art (Budaya dan Seni).
Penulis mencoba mengembangkan kemampuan menulis dan berbicara para siswa dalam kaitannya dengan tema Budaya dan Seni dengan mengangkat isu-isu sosial yang hangat dibicarakan dan dekat dengan dunia siswa yang penulis bimbing yaitu dunia remaja. Mereka dalam kondisi memiliki puncak hormon yang tinggi yaitu berusia antara 16 - 17 tahun. Cara bergaulnya sepanjang pengamatan penulis lebih bebas, ceria dan cenderung ceroboh (Daradjat, 1970:68-72).



Kondisi psikologis siswa dalam usia belasan tersebut cenderung masih labil dan membutuhkan semacam penyadaran, khususnya penyadaran moral. Disamping itu mereka membutuhkan ruang untuk mengemukakan pendapatnya tentang dunia sekitar dirinya, dunia remaja. Kebutuhan tersebut seharusnya dapat dipenuhi oleh para guru di sekolah karena sebagian waktu mereka ada di sekolah dengan memadukannya dengan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas. Mereka membutuhkan pendidikan seks yang benar.
2. PermasalahanAda beberapa hal yang menjadi permasalahan mengapa tema seperti tertulis pada judul makalah ini penting untuk dibahas. Diantaranya adalah apa yang pernah penulis temukan selama ini berkaitan dengan seksualitas remaja.



1. Anak-anak SLTP, khususnya putra, cenderung sudah menonton VCD porno (mereka menyebutnya sepep) paling lambat kelas 3 setelah ujian akhir selesai yang pada saat itu umumnya mereka memiliki waktu luang sebelum masuk SMU dan secara psikologis lelah selama sekian bulan didril soal-soal ujian dan mengikuti ujian itu sendiri.2. Anak-anak remaja sekarang cenderung sudah mengenal internet, yang bisa dikatakan bahwa batas antara surga dan neraka di internet begitu tipisnya. Banyak sekali situs-situs positif yang bisa mencerdaskan dan mencerahkan jiwa, tetapi banyak pula yang berkaitan dengan seks. Data terakhir yang penulis peroleh melalui fasilitas search di WWW.Yahoo.com, situs tentang seks ada 5.213 situs, tentang gay 4.515 situs, homosex ada 696 situs, lesbian 3.316 situs, porno 489 situs (dilakukan tanggal 25 Agustus 2002 pukul. 21.00). Jumlah itu lebih sedikit ketika saya menceknya pada tanggal 24 Mei 2002 pukul. 17.00). Padahal banyak pula situs yang namanya sepertinya tidak berkaitan dengan seks tetapi berisi pornografi. Apabila kita mencoba mengakses setiap situs barang 5 menit saja, akan dibutuhkan waktu lebih dari 1.100 jam yang setara dengan hampir 50 hari tanpa henti. Tetapi masalahnya internet sudah menjadi kebutuhan mereka.




Dunia tidak surut ke belakang, dan internet adalah dunian ya, lalu apa yang harus diperbuat untuk mengurangi ekses negatif dari internet tersebut?3. Berdasarkan pengamatan penulis, meski seorang anak memiliki komunikasi yang bagus dengan kedua orang tuanya tetapi apabila menyangkut tentang seks komunikasi mereka cenderung tertutup. Hal ini penulis peroleh melalui pengamatan terhadap ratusan siswa privat yang pernah penulis bimbing.4. Hal yang menyangkut seks juga bisa kita temukan melalui short message system (SMS) di handphone. Paling tidak penulis menyimpan 5 SMS sejenis itu. Misalnya saja: Joni lagi bugil, Umi tanya, "Jon, itu apa?" Joni: "BUNGA. Coba pegang. Tuh kan MEKAR!" Umi cerita pada Ani. Ani marah, "Sialan, kmrn dia blg ROKOK jd aku ISEP!" Mengingat banyak siswa sekarang memiliki dan membawa telpon genggam dan pengiriman SMS itu terhitung sangat murah maka peredarannya sangat cepat di kalangan siswa. Mengenai kecepatan peredarannya saya berasumsi jangankan SMS, VCD Bandung Lautan Asmara yang relatif mahal saja sangat cepat peredarannya di kalangan siswa.5. Di kalangan siswa sendiri berkembang idiom-idiom yang berhubungan dengan seks yang merupakan plesetan atau kepanjangan dari merek rokok. Misalnya merk rokok ARDATH mereka artikan Aku Rela Diperkosa Asal Tidak Hamil, atau Djisamsu yang mereka artikan Djion sampai subuh.6. Apabila kita melihat perkembangan di dunia internasional tentang seksualitas remaja tersebut misalnya di Inggris, majalah Kawanku menyebutkan bahwa Inggris menduduki peringkat pertama di Eropa Barat dalam hal tingginya angka remaja putri yang hamil pada usia sekolah. Setiap tahun sekitar 90.000 remaja putri hamil di luar nikah. Dari jumlah tersebut 7.700 umurnya di bawah 16 tahun, 2.200 lagi umurnya belum 14 tahun. Oleh karena itu para siswa Inggris tersebut meminta adanya pelajaran pendidikan seks guna mengurangi angka kehamilan pada usia remaja tersebut (KAWANKU, No. 46/XXXI, Mei 2002, hal. 59).



3. TujuanBertitik tolak dari permasalahan tadi,




maka sudah suatu keharusan bagi para guru untuk mengambil tindakan nyata. Sekolah sebagai institusi pusat pengajaran dan pendidikan nilai-nilai, seharusnya segera mengambil langkah responsif untuk mengantisipasi, dan melalui pengaitan dengan imtaqlah hal tersebut bisa direalisasikan.



Melalui penulisan makalah ini penulis bertujuan untuk memaparkan hasil pembelajaran bahasa Inggris yang penulis lakukan di kelas dua angkatan 2001/2002 SMUN 8 Yogyakarta dengan tema Culture and Art. Sub-tema seks bebas merupakan keinginan para siswa dan penulis merespon keinginan tersebut. Disamping itu penulis bertujuan untuk mengaitkan tema dalam mata pelajaran bahasa Inggris Culture and Art (Budaya dan Seni) dengan sub-tema seks bebas dengan nilai-nilai imtaq, guna memenuhi tanggung jawab sebagai seorang guru yang pernah mengikuti penataran imtaq. Ketiga, untuk memberikan semacam gambaran bagi rekan sejawat, para guru, yang mungkin belum mengaitkan mata pelajaran yang diampunya dengan nilai-nilai imtaq.



BAB IIKEGIATAN PEMBELAJARAN




1. PersiapanPertama-tama kita harus melihat GBPP,




apa tema yang akan kita bawakan di kelas. Kita menuliskannya di lembar persiapan mengajar (SP dan RP). (Untuk format yang berkaitan dengan imtaq sudah tersedia di MGMP. Untuk tema yang penulis bawakan lihat lampiran 1 dan




2). Ketika kita masuk kelas pada awal tahun pelajaran,




kita harus mengumumkan apa yang akan kita lakukan bersama mereka, apa yang mereka inginkan dari pelajaran yang kita ampu. Ini sangat penting dilakukan ditinjau dari berbagai segi. Pertama, siswa merasa mengontrol jalannya pelajaran, mereka akan mampu menjawab AMBAK (apa manfaatnya bagiku). Kedua, mereka memiliki gambaran apa yang seharusnya mereka persiapkan dan lakukan. Ketiga, mereka akan belajar memahami konsekuensi-konsekuensi apabila tidak berpartisipasi dalam rencana yang telah mereka tentukan sendiri.



Tema yang penulis bawakan justeru muncul dari keinginan siswa sendiri. Ketika mereka diajak berdiskusi tentang tema Culture and Art, topik apa yang termasuk dalam kajian itu, mereka menawarkan free sex, sex before marriage atau sex education sebagai sesuatu yang penting dibahas. Menurut pertimbangan penulis, hal tersebut merupakan suatu kemajuan dan kami sepakat untuk memasukkannya dalam proses pembelajaran.



Kami juga sepakat bahwa metode yang akan dikembangkan adalah menitikberatkan pada kemampuan berbicara (speaking), dengan pertimbangan bahwa mereka merasa lemah dalam kemampuan itu. Tetapi penyampaian tema tersebut akan sangat tak beraturan tanpa adanya acuan karena penulis berterus terang kepada mereka bahwa dalam GBPP tidak ada. Maka kami sepakat untuk pertama-tama menuliskannya dalam bentuk makalah sehingga dengan demikian mereka juga mengembangkan kemampuan menulis (writing).



Metode diskusi pada awal tahun pelajaran yang penulis terapkan di kelas tersebut sangat penting (Penulis mengacu pada buku Quantum Teaching terbitan Kaifa Bandung). Tema yang berkaitan dengan seks tersebut masing-masing kelas pemunculannya berbeda. Oleh karena itu dalam makalah ini adalah kumpulan makalah siswa yang muncul dari beberapa kelompok dari 6 kelas paralel yang penulis ampu.



Setelah kami menyepakati hal-hal tadi, kemudian dilakukan pembagian kelompok yang terdiri dari 6 - 8 siswa dan penjadualan kapan masing-masing kelompok akan maju. Ini didasarkan pada waktu dalam program catur wulan (proca), tahun lalu masih menggunakan proca, yang penulis susun ada sekitar 12 jam pelajaran, sehingga kalau ada 5 - 6 kelompok yang harus maju, maka semua topik dalam tema tersebut dapat terselesaikan semua. Berdasarkan pengalaman, penulis tidak perlu menginstruksikan persiapan apa yang mereka sebaiknya lakukan. Mereka dengan sendirinya berdiskusi kelompok di salah satu tempat anggota kelompok atau di sekolah. Lalu mereka menuliskan hasil diskusi tersebut. Penulis memberi kebebasan penuh dalam hal format penulisan. Silakan mau ditik atau ditulis tangan, yang penting pada waktu giliran presentasi tidak ada kelompok yang beralasan belum siap. Sebenarnya waktu itu ada beberapa kelompok yang meminta cara presentasinya melalui power point dengan komputer, tetapi karena tidak disetujui seluruh siswa maka penulis mengikuti kehendak mayoritas siswa.



2. PelaksanaanDiskusi kelas tersebut berlangsung pada bulan Juli - September 2001.




Pada gilirannya, setiap kelompok yang sudah terjadual maju menyajikan makalah-makalah mereka. Fungsi penulis di situ adalah sebagai moderator yang mengatur jalannya diskusi. Dalam diskusi tersebut titik berat yang diperhatikan adalah ujaran-ujaran dan ungkapan-ungkapan yang mereka praktekkan dalam rangka berbahasa Inggris yang baik dan benar. Penulis mencatat kesalahan-kesalahan pengungkapan ujaran-ujaran untuk dibahas, dan sekaligus menilai setiap aktifitas siswa. Untuk tahap pelaksanaan ini, ada hal-hal khusus yang menjadi kebiasaan penulis. Apabila kelas berisi seluruhnya muslim maka penulis akan mengawali dan mengakhiri aktifitas pembelajaran dengan berdoa dalam bahasa Inggris (lihat lampiran 4), tetapi jika ada yang bukan muslim cukup mendahului dengan membaca salam (Untuk proses ini silakan lihat lampiran 3 Teacher's Note).



Diskusi berjalan sangat memuaskan. Suasana kelas kondusif, para siswa tampak bergairah dan penuh rasa riang. Sementara kelompok yang satu menyajikan makalahnya maka siswa dari kelompok lain menyimak dan pada gilirannya secara aktif mengajukan berbagai pertanyaan, berbagi pendapat dan berkomentar terhadap tema yang kelompok penyaji bawakan. Kemudian kelompok penyaji memberi penjelasan secara merata, saling melengkapi. Setiap siswa yang bertanya atau terlibat dalam kegiatan ini penulis catat sebagai suatu penilaian proses. Dan pada akhir pembelajaran setiap siswa harus menuliskan rangkuman diskusi tersebut. Ini penting supaya suasana kelas tidak ramai tidak karuan atau para siswa ngobrol sendiri-sendiri.
BAB IIIHASIL PEMBELAJARANDari 6 kelas, 2A - 2F, ada 5 kelompok yang membahas tentang seks bebas atau berkaitan dengan seks. Satu kelompok dari kelas 2F, dan masing-masing dua kelompok dari kelas 2B dan 2D (Untuk daftar nama-nama siswanya lihat lampiran 6). Hasil diskusi mereka penulis kelompokkan sebagai berikut :



1. Dari Sudut Latar Belakang dan Cara Perolehan Ada dua kelompok yang mempresentasikan latar belakang mengapa hal-hal yang berkaitan dengan seks digemari dan cara mendapatkan material yang berkaitan dengan seks.



Kelompok pertama mengatakan bahwa membicarakan sex itu dianggap immoral, taboo dan terlarang. Di sisi lain orang tua mereka tidak memberikan pendidikan seks yang cukup. Itulah sebabnya anak-anak muda biasanya menggali sendiri. Tentang cara mereka mendapatkan material yang berkaitan dengan seks mereka mengatakan bahwa . they can find through friends, films, reading materials such as novel or even comics. Nowadays, because of high technology, we can find what we want easily through reading, pictures, vcd and internet. They try to grasp the essence of it without any guidances. That's why they are stuck in pornography than sex education. . (Mereka bisa mendapatkannya melalui teman, film-film, bahan bacaan seperti novel atau bahkan komik. Dewasa ini, disebabkan teknologi tinggi, kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dengan mudah melalui bacaan, gambar-gambar, vcd dan internet. Mereka mencoba untuk mengenal/memahami intinya tanpa bimbingan. Itulah mengapa mer eka terjebak dalam pornografi daripada pendidikan seks).



Mereka memberi solusi bahwa sebaiknya yang berkewajiban yakni orang tua dan guru harus memberikan pendidikan seks yang cukup. Lebih-lebih pemerintah harus menerapkan hukum yang ketat untuk menghilangkan peredaran bahan-bahan pornografi, paling tidak membatasi.
Meski begitu kelompok ini tidak yakin bahwa pornografi bisa dihilangkan dari kehidupan kita karena menurut mereka hampir sebagian besar dari kita sangat menyukainya.
Kelompok kedua menulis bahwa cara mendapatkan material yang berkaitan dengan seks bisa didapat melalui internet. Selanjutnya mereka menulis, . Beside that, by using internet, people can search many forbiden sites, for example the sites that show many poses of naked person especially women or the sex sites. ... (Disamping itu, dengan menggunakan internet, orang dapat mencari banyak situs terlarang, seperti halnya situs yang memperlihatkan banyak pose orang telanjang khususnya wanita atau situs seks).



Kelompok ini menyadari bahwa . that sites are not useful and suitable to look at. This site can decrease the faith to God and tend to lead them to do something wrong. But many people don't know or don't think about it. They're too eager to see all that pictures. . (Situs-situs itu tidak berguna dan tidak cocok untuk dilihat. Situs itu akan mengurangi keimanan kepada Tuhan dan cenderung membawa mereka untuk melakukan sesuatu yang salah. Tetapi banyak orang tidak tahu atau tidak memikirkan tentang itu. Mereka terlalu bernafsu untuk melihat gambar-gambar itu semua).



Dan akhirnya kelompok ini memberi saran dengan tegas : These sites must be avoided and must be lost. (Situs-situs itu harus dihindari dan dihilangkan).



2. Dari Sudut KesehatanDari sudut pandang kesehatan, kelompok ketiga melihat bahwa. free sex activity may be a usual thing in other country especially in western life, but not in our country Indonesia. It's a forbidden thing in our society. Free sex may be makes everybody happy to do. But if we see from medical side, it can disturb our health because it may cause AIDS. AIDS can make our life useless, and destroy our life although we avoid it with condoms when we have intercourse, it still can't be avoided. Everyone can get it if we don't try to avoid it. (Aktifitas seks bebas mungkin sesuatu yang biasa di negara lain khususnya dalam kehidupan barat, tetapi tidak di negara kita Indonesia. Itu sesuatu yang dilarang dalam masyarakat kita. Seks bebas mungkin membuat setiap orang senang untuk melakukannya. Tetapi jika kita melihat dari sisi medis, itu bisa merusak kesehatan karena bisa menyebabkan AIDS. AIDS bisa membuat kehidupan kita tak berguna, dan merusak hidup kita meskipun kita menghindarinya dengan kondom ketika kita berhubungan seks, ia masih tidak bisa dihindari. Setiap orang bisa terkena jika kita tidak mencoba menghindarinya).



Kelompok ini juga tidak mengingkari adanya seks bebas di tengah-tengah mereka. Mereka memberikan bukti yaitu dengan adanya pernikahan dini akibat 'kecelakaan' atau hamil sebelum menikah. Padahal, menurut mereka, pernikahan dini cenderung mengakibatkan bayi yang terlahir berIQ rendah atau tumbuh secara tidak normal/lambat. Si ibu sendiri akan merasa malu.



Oleh karena itu kelompok ini menyarankan bahwa para remaja harus menjaga hubungan dengan lawan jenis, hindari kehamilan sebelum menikah. Mereka percaya bahwa pernikahan dini akan membuat masa depan mereka hancur.



3. Dari Sudut Peran EksternalKesadaran akan pentingnya bimbingan dari luar diri mereka misalnya orang tua dikemukakan oleh kelompok empat, yaitu pada masa-masa mereka pacaran. Dalam masa ini mereka memberikan langkah-langkah yang perlu mereka lakukan yaitu . we must tell our parents about our relationship, because we need a guide from elderly persons and also to protect us from doing bad things such as sex before marriage. . (Kita harus mengatakan kepada orang tua kita tentang hubugan kita, karena kita butuh bimbingan dari orang yang lebih tua dan juga untuk melindungi kita dari melakukan hal-hal yang buruk seperti seks sebelum menikah).Langkah kedua, menurut mereka, yaitu setelah mereka bekerja barulah mengajak untuk hidup berumah tangga.



Ada beberapa saran yang mereka ajukan:1. Bagi putri, . one thing you should know, don't be fooled by a boy. Think before you make a decision. And take care of you in that period. You must think first before doing something with your boyfriend. Keep your virginity until your wedding day. Don't be easy in kissing the boys. Keep your virginity and your first kiss only for your husband. Choose the best boy to be your husband, your eternal partner. Don't look at their face or physical things, look at their personality. And you'll find the best one. . (Satu hal yang harus kamu ketahui, jangan diperbodoh oleh lelaki. Pikirkan sebelum kamu buat keputusan. Dan pedulilah pada diri sendiri pada masa ini. Kamu harus berfikir sebelum melakukan sesuatu dengan pacarmu. Jagalah keperawananmu sampai hari pernikahanmu. Jangan mudah mencium laki-laki. Jaga keparawanan dan ciuman pertamamu hanya untuk suamimu. Pilihlah laki-laki yang terbaik untuk menjadi suamimu, partner abadimu. Jangan lihat pada muka atau hal-hal fisik, lihatlah kepribadian mereka. Dan kau akan temukan yang terbaik).



Bagi putra, . you must respect the girls. Don't play with their heart. They're not your dolls. Prepared before you go further in a relationship. Be a responsible guy, and you can build your relationship after you have responsibility. Respect the girls because they are worthy things in this world. Try to understand girl's feeling. And you can work out your relationship in a long time. . (Kamu harus menghormati wanita. Jangan mempermainkan hati mereka. Mereka bukanlah boneka. Persiapkan sebelum kamu melangkah jauh dalam suatu hubungan. Jadilah pria yang bertanggung jawab, dan kau dapat membangun suatu hubungan setelah kamu memiliki tanggungjawab. Hormati wanita karena mereka adalah sesuatu yang berharga di dunia ini. Cobalah memahami perasaan wanita. Dan kau akan menjalani hubunganmu untuk waktu yang lama).



2. Ingatlah Tuhan, aturan-aturan-Nya bagi hidupmu.




Dan lihatlah perilakumu apakah cocok atau tidak dengan budayamu.Kelompok kelima, setelah menjelaskan perihal seks bebas, mereka sampai pada kesimpulan bahwa. sex education is important for us. But, some parents still think that if children learn about sex, there's a will in their mind to do it. It's not always like that! Really! We can learn about our genital function maybe what is penis for? How can the boys clean it? And for women: ovarium, uterus, vagina, etc. And we can also learn about contraceptions. (Pendidikan seks itu penting untuk kita. Tetapi, sebagian orang tua masih berpikir bahwa jika anak-anak belajar tentang seks, ada keinginan dalam pikiran mereka untuk melakukannya. Tidak selalu seperti iu! Sungguh! Kita bisa belajar tentang fungsi alat-alat genital kita seperti untuk apa penis itu? Bagaimana anak laki-laki membersihkannya? Dan untuk wanita: sel telur, uterus, vagina dll. Dan kita juga bisa belajar tentang alat kontrasepsi).



Akhirnya mereka mengharap bahwa pendidikan seks juga akan diberikan di sekolah-sekolah di Indonesia untuk menghindari kasus 'seks sebelum menikah'.



BAB IVANALISIS HASIL PEMBELAJARAN




Seks bebas dalam pengertian agama Islam adalah Zina. Meskipun para siswa tidak memberi definisi atau pembatasan atas istilah seks bebas tersebut tetapi dalam proses diskusi apa yang diungkapkan dan dimaksudkan mereka tentang seks bebas tersebut merujuk ke istilah zina. Zina adalah nama bagi hubungan seksual antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan tanpa nikah yang sah atau bukan karena pernikahan yang subhat, atau nama bagi perbuatan seorang laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan seorang perempuan, yang menurut naluri manusia wajar tetapi dilarang oleh syara' karena diluar nikah (Nasikun, 1984:43-44).
Dewasa ini kita melihat ada kecenderungan perubahan pandangan masyarakat atas pernikahan. Pernikahan tidak lagi dipandang sebagai institusi yang sakral atau sebagai fungsi prokreasi tetapi mulai mengarah ke fungsi rekreasi belaka. Keadaan ini juga dilihat oleh para siswa khususnya kehidupan masyarakat barat melalui film-film barat. Jika pernikahan dianggap hanya berfungsi rekreasi belaka, maka untuk apa menikah apabila tujuan rekreasi itu sudah bisa tercapai tanpa menikah? Dari cara pandang tersebut sangat mungkin memunculkan adanya seks bebas.



Permasalahan yang penulis sebutkan di muka hanya untuk menguatkan bahwa betapa pentingnya penyadaran bahaya seks bebas untuk siswa SMU. Jika proses penyadaran tersebut tidak kita lakukan, maka akan ada konflik moral yaitu konflik antara beberapa kecenderungan prilaku manusia dan sistem tatanan yang otoritasnya dikenali betul (Thouless, 1992:71). Ada hukum moral yang mereka anggap baik, tetapi di sisi lain mereka sadar bahwa mereka tidak bisa lepas dari hal itu. Inilah yang menyebabkan konflik moral. Memang konflik yang umum terjadi di kalangan remaja adalah konflik seks. Mereka ingin bergaul erat dengan lawan jenis, berbuat sesuai dengan dorongan yang timbul dari dalam dirinya, akan tetapi hal itu bertentangan dengan larangan-larangan atau pantangan-pantangan agama dan nilai-nilai sosial (Daradjat, 1970:79-80).



Apabila seorang siswa nampak menjadi pemalas, tak acuh, sakit-sakitan, prestasi menurun, nakal dan sebagainya bisa jadi itu adalah tampakan luar dari konflik moral yang dihadapi. Dalam bukunya yang lain, kondisi demikian oleh Daradjat disebutnya sebagai kondisi stress, dan stress ini adalah sumber ketidakbahagiaan. Untuk menghindarinya diperlukan media untuk menumpahkan ganjalan-ganjalan hati yang mereka punyai, mungkin psikolog, atau guru tertentu jika di sekolah (Daradjat, 1990:30-31). Konflik moral tersebut memang bisa pula terjadi akibat proses pendidikan yang memberikan penekanan berlebihan pada dimensi kognitif dan mengabaikan dimensi-dimensi lain. Hal tersebut menurut A. Malik Fajar ternyata telah melahirkan manusia Indonesia dengan kepribadian pecah (split personality).




Hal itu bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari masyarakat yang di satu sisi betapa kehidupan beragama secara fisik berkembang pesat namun di lain sisi betapa banyaknya perilaku masyarakat itu sendiri yang bertentangan dengan ajaran agama yang dipeluknya (Fajar, Pendidikan Sebagai Praksis Humanisasi, Majalah GERBANG, Edisi 2 TH. II, Agustus 2002, hal. 45). Berdasarkan kerangka berpikir demikian, apa yang penulis lakukan adalah dalam rangka memberi ruang siswa untuk mengungkapkan apa sebenarnya pandangan mereka tentang seks bebas. Media ini sekaligus media pengendalian diri, berupa penyadaran diri seperti yang dianjurkan Daradjat. Tentu saja ada metode lain yang lebih personal. Daradjat mengatakan bahwa media taubat dalam Islam merupakan cara terbaik untuk mengembalikan keseimbangan jiwa mereka (Op.cit., 80).



Apabila konflik moral terus menerus terjadi diantara individu akan berlanjut menjadi konflik komunal, konflik massa, dan hal tersebut akan membuat gelisah mereka dan dampaknya adalah timbulnya kebencian pada orang di luar dirinya, entah itu orang tua, guru, pemimpin ataupun sistem. Maka patut diteliti apakah kebrutalan remaja yang mungkin mereka lakukan lewat tawuran atau konvoi atau sejenis itu lainnya adalah dampak dari konflik moral individu yang berkembang menjadi konflik moral komunal?



Dari 5 makalah yang disajikan dan didiskusikan di 3 kelas tersebut, penulis mendapatkan beberapa hal yang perlu dipaparkan di sini.



1. Adanya Peningkatan Kemampuan BerbahasaMeskipun tentu saja banyak faktor lain yang mendukung, kemampuan berbahasa (skill competence) para siswa relatif meningkat. Hal tersebut bisa dilihat dari bertambah baiknya mereka dalam menulis. Berkaitan dengan tema yang lain yakni History, penulis memberikan tugas menulis autobiography untuk liburan Ramadhan catur wulan kedua. Hampir semua siswa mampu melaksanakan tugas tersebut. Hasil pembelajarannya sudah penulis tuliskan dalam artikel berjudul "Improving Writing Skill by Using Power Point" yang sedang dalam proses publikasi di situs www.Acen.Or.Kr/Webzine/.
Kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris mereka juga makin baik yang bisa penulis rasakan dari cara mereka berkomunikasi dengan penulis, guru bahasa Inggris lain, sesama siswa ataupun tamu asing. Beberapa diantara mereka bahkan diundang untuk diwawancarai dalam bahasa Inggris di Produa FM RRI Yogyakarta dengan tema seputar dunia remaja.



Pemahaman atas bacaan (reading comprehension) juga menunjukkan kemajuan yang positif. Hal itu dibuktikan lewat tes pendalaman materi yang salah satu teksnya penulis ambil dari makalah yang mereka tulis (Lihat lampiran 5, pada teks no. 2 soal no 6 - 10). Sebagian besar siswa mampu menjawab soal-soal tentang bacaan tersebut (Untuk pendalaman materi, penulis tidak diharuskan membuat analisis skor per soal tetapi cukup mengadakan pembahasan soal sehingga data valid tidak bisa penulis paparkan. Dalam proses pembahasan soal-soal tersebut sekilas penulis melihat adanya kepuasan yang menandakan bahwa jawaban mereka benar).



2. Adanya Penyadaran Diri dan Munculnya FilterSelain merupakan media pengekspresian para siswa, metode penulisan dan penyajian sub-tema tersebut secara tidak langsung merupakan metode pembangkitan kesadaran. Kesadaran itu ditemukan oleh para siswa sendiri lewat diskusi kelompok di tempat masing-masing, lalu berlanjut ketika proses penulisan makalah dan pencarian berbagai sumber (referensi). Pada tahap ini siswa lebih memahami apa sebenarnya seks bebas tersebut. Pada tahap penyajian di kelas kesadaran itu disebarluaskan ke seluruh kelas sehingga menjadi kesadaran komunal.



Dilihat dari urgensinya dan siapa subjek pendidikan kita, maka pengambilan tema seks bebas adalah penting jika dikaitan dengan kondisi siswa khususnya siswa SMU sekarang ini yang sudah suatu keharusan untuk mampu mengakses internet. Menurut seorang pemilik warung internet di Yogyakarta, tipikal konsumen Indonesia itu berbeda dengan konsumen barat. Seorang konsumen barat datang ke warnet cukup membuka email saja, sedangkan orang Indonesia, lebih-lebih anak muda, sering membuat komputer hang karena mereka tak hanya membuka email tetapi juga situs-situs porno secara bersamaan yang membutuhkan bandwidth yang besar. Dengan mengetahui bahwa banyak material yang berkaitan dengan seks dapat diakses melalui internet, maka siswa mendapatkan kesadaran untuk memiliki filter dan selalu waspada jika akan mengakses internet.



Sebagai pembanding memang suatu keuntungan bagi penulis karena memiliki beberapa siswa yang pernah hidup di luar negeri. Tanpa perlu diinstruksikan, para siswa sudah dengan sendirinya merujuk kepada mereka sebagai orang yang benar-benar pernah menyaksikan dunia seks bebas dalam kehidupannya. Tetapi sebenarnya tanpa harus ada pengalaman nyata pun penulis yakin para siswa pernah melihat film-film barat yang kebetulan banyak digemari remaja misalnya Dawson's Creek, atau Melrose Place di TV dan film sejenis itu lainnya. Dari gambaran film-film produksi Hollywood itu saja para siswa sudah bisa menyimpulkan bagaimana budaya barat itu sesungguhnya meski hanya direpresentasikan dalam film-film Hollywood. Dengan pendiskusian tema seks bebas mereka sudah menemukan filter sendiri berupa kehendak psikologis untuk tidak melakukan sesuatu dalam hal ini seks bebas yang berasal dari stimuli guru membawakan tema.



3. Adanya Keterkaitan dengan Nilai-Nilai ImtaqUntuk penyadaran bahaya seks bebas melalui mata pelajaran Bahasa Inggris, dalil-dalil Quran bisa sebagai penguat. Berdasarkan pengalaman, penulis tidak perlu menunjukkan secara eksplisit surat dan ayatnya. Pertama, supaya tidak terlalu nampak sebagai pelajaran agama, lebih-lebih di kelas yang terdapat siswa bukan muslim, mereka akan protes. Kedua, dengan cukup diberi acuan (guideline), mereka akan mencari sendiri dan mengembangkannya dalam diskusi yang pada akhirnya memperkuat kesadaran tadi.
Meskipun tidak secara eksplisit para siswa menuliskan surat dan ayat Qur'an dalam makalahnya, tetapi dalam proses penulisan, penyajian dan pendiskusian mereka menyarankan sikap-sikap dan tindakan-tindakan moral yang sebaiknya siswa lakukan, misalnya jangan terjebak dalam pornografi, jangan membuka situs porno bahkan situs porno menurut mereka harus dihilangkan karena dapat mengurangi tingkat keimanan kita kepada Tuhan. Mereka mengatakan bahwa memang banyak materi-materi yang berkaitan dengan seks dan mudah sekali mendapatkannya, tetapi janganlah kita masuk ke dunia itu dan terjebak di dalamnya, tetapi lebih baik mari kita adakan pendidikan seks. Penulis melihat ada semacam kesadaran transendental yang mereka peroleh.



Kesadaran psikologis dan sikap serta kehendak untuk tidak melakukan seks bebas yang para siswa dapatkan melalui proses penulisan dan pendiskusian tema seks bebas tersebut sebenarnya adalah bentuk pengamalan surat Al Israa ayat 32 yang berbunyi:



32. "Dan Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk."Mereka menyadari bahwa seks bebas itu berbahaya dan menyarankan untuk selalu menjaga diri, memiliki pengendalian diri, khususnya dalam periode pacaran. Bahkan mereka mengatakan untuk putri simpanlah ciuman pertama dan keperawanan itu untuk suami mereka. Mereka memberikan saran-saran dan solusi yang perlu dininternalisasikan oleh para siswa. Proses pengendalian diri (kesadaran internal) ini juga sangat bersesuaian dengan QS. An Nuur: 30-31 yang berbunyi:30. Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".




31. Katakanlah kepada wanita yang beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."



BAB VPENUTUP




1. KesimpulanDari proses kegiatan belajar mengajar yang berbentuk penulisan dan pendikusian makalah, penulis menemukan adanya kesamaan persepsi pada para siswa khususnya mereka yang mengambil tema seks bebas bahwa seks bebas itu berbahaya dilihat dari sudut kesehatan ataupun budaya. Persepsi ini memunculkan adanya kesadaran akan bahaya seks bebas sekaligus kesadaran bahwa hal-hal yang menuju ke arah seks bebas berkembang di sekitarnya bahkan begitu mudahnya mereka mendapatkan materi-materi itu. Pada tataran realitas dapat dikatakan bahwa seks bebas itu ada di sekitar kita, dan kita tidak perlu menafikannya. Kondisi yang bertentangan tersebut akan menimbulkan adanya konflik moral individu. Itulah sebabnya mengapa banyak diantara mereka terjebak ke dalam pornografi. Dan konflik moral individu tersebut jika tidak ada penanganan yang tepat akan menimbulkan konflik moral massa. Salah satu bentuk penanganannya adalah memberikan ruang kepada mereka untuk mengungkapan persepsi mereka tentang seks bebas tersebut. Pengadaan kondisi seperti itu adalah bagian dari pendidikan seks yang memang mereka minta keberadaanya baik di rumah maupun di sekolah. Dengan demikian para siswa akan terarah pada suatu realitas bahwa hidup adalah pilihan, tinggal bagaimana mereka menyikapinya khususnya terhadap seks bebas, tentu dengan segala konsekuensi-konsekuensi atas pemilihan cara pandang, sikap dan tindakannya tersebut. Ada atau tidak ada keharusan mengaitkan mata pelajaran dengan imtaq, fungsi guru sehubungan dengan hal tersebut adalah memberi ruang yang sangat mungkin menimbulkan kesadaran moral bagi para siswanya guna memberikan pijakan dan arah bagi kehidupan para siswa itu sendiri sekarang dan masa depan yang dalam bahasa agama adalah li'ila-i-kalimaatillah, menegakkan hukum Tuhan di muka bumi.



Dan pada kenyataannya, dengan cara memberikan ruang yang memungkinkan para siswa mengekspresikan ide, gagasan dan pandangannya tentang seks bebas, penulis menemukan adanya kesadaran para siswa untuk tidak melakukan seks bebas. Hal tersebut merupakan indikasi peningkatan keimanan dan ketaqwaan mereka. Kesadaran yang diperolehnya sendiri, atau melalui teman sebaya, akan berdampak lebih kuat daripada diberitahu oleh orang yang lebih tua atau guru. Disamping itu mereka juga mendapatkan keuntungan lain yakni kemampuan berbahasa menulis, berbicara bahkan membaca turut berkembang positif.
Dari hasil-hasil yang diperoleh tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil.



2. Saran-saran



1. Para guru, khususnya guru SMU, perlu merespon persepsi para siswa tentang seks bebas dengan memasukkan tema seks bebas dalam proses KBM, misalnya untuk kelas 1 semester 1 ke dalam tema Family Life (Marriage), kelas 2 semester 1 ke dalam tema Culture and Art, dan mengaitkannya dengan nilai-nilai imtaq.




2. Guru perlu mencari metode yang tepat dalam proses pengaitan tema dengan nilai-nilai imtaq. Apabila metodenya seperti yang penulis lakukan, guru perlu memandu para siswa dalam menuliskan, menyajikan dan mendiskusikan tema tersebut supaya proses pembelajaran dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.




3. Para orang tua sangat perlu untuk meningkatkan pengawasan terhadap putra-putri mereka khususnya apabila mereka mengakses internet. Patut dihindari pula sikap permisif yang serba membolehkan keinginan anak misalnya dalam penyediaan handphone. Fungsinya sebagai alat untuk mempermudah komunikasi, apabila sejak awal tidak diberikan pengertian tersebut kepada mereka, salah-salah malah digunakan untuk saling berkirim SMS dan gambar porno, apalagi jika kita melihat perkembangan teknologi terakhir pembuatannya yang sudah dapat dipakai untuk mengirimkan gambar. Orang tua juga seyogyanya terbuka untuk membicarakan masalah seks dengan anaknya sejak dini. Jangan malah anak-anak mendapatkan informasi seks dari teman-temannya yang sama-sama tidak mengerti tentang hal tersebut.




4. Sekolah sudah saatnya untuk membuka warung internet sendiri sehingga dapat membimbing para siswa untuk mengakses situs-situs yang positif.




5. Pemerintah dan aparat penegak hukum harus memberantas tuntas peredaran VCD porno.6. Pemerintah khususnya Depdiknas perlu mengkaji ulang muatan kurikulum supaya lebih berorientasi kepada kondisi perkembangan psikologis siswa dan perlu memasukkan pendidikan seks sebagai bagian dari kurikulum.



Demikianlah hasil proses pembelajaran bahasa Inggris tema Culture and Art yang penulis perluas dengan sub-tema seks bebas melalui metode penulisan dan pendiskusian makalah dengan mengaitkannya dengan nilai-nilai imtaq. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: